Koropak.co.id – Tertatih di tengah perkembangan zaman, Istana Balla Lompoa berdiri sebagai monumen peninggalan agung Kerajaan Gowa yang tak lekang.
Konstruksi klasik rumah panggung dengan semburat coklat, memberi kesan keabadian dengan keseluruhan terbuat dari kayu pilihan yang kuat menantang usia.
Saat mata tertuju, tampak usia istana yang menghampiri senja. Namun, semangat untuk menyimpan sejarah tetap terjaga dengan tulisan “Museum Istana Balla Lompoa” di bagian depannya. Meski menjadi museum, keramaian hanya terasa saat ada acara tertentu, atau tamu spesial datang mengunjungi.
Seperti diceritakan oleh Kepala Museum Balla Lompoa, A Makmum Bau Tayang, pada sebuah wawancara dengan Kompas, banyak cerita mistik yang mengitari bangunan ini, khususnya di lantai atas.
Penjuru Istana Balla Lompoa menyimpan harta karun sejarah Kerajaan Gowa. Di antaranya terdapat mahkota, bendera, tombak, dan pakaian raja. Bahkan naskah lontar, yang menceritakan kisah masa lalu, terjaga di sini.
Baca: Istana Dalam Loka Sumbawa dan Spirit Syariat Islam
Didirikan pada 1936 oleh Raja Gowa ke-31, Mangngi-mangngi Daeng Matutu, Balla Lompoa pernah menjadi rumah bagi dua penguasa, yaitu I Mangngi-mangngi Daeng Matutu dan Raja Gowa ke-32, Idjo Daeng Mattawang.
Sebelumnya, Andi Makkulau, raja sebelum Matutu, memilih kediamannya di Jalan Kumala Makassar sebagai istana. Istana ini, dengan konstruksi utama sebesar 60 x 40 meter dan ruang penerima tamu seluas 40 x 4,5 meter, merupakan bukti kecintaan mereka pada kayu ulin—bahan yang handal dalam menghadapi cuaca tropis.
Namun, paradoksnya, masyarakat lebih memilih untuk mengunjungi replika peninggalan Kerajaan Gowa di Museum La Galigo di Benteng Fort Rotterdam. Tantangan bagi pengelola Balla Lompoa adalah mengembalikan istana ke kejayaannya.
Keturunan Raja Gowa ke-32, A Kumala Idjo, mengungkapkan rencana untuk memberikan pengalaman wisata berbeda bagi pengunjung. Dia berharap para wisatawan dapat merasakan bagaimana menjadi tamu kerajaan dengan layanan khas zaman kerajaan di Istana Balla Lompoa.
Dalam era di mana modernitas menyapu semuanya, Balla Lompoa tetap berdiri, mengajak kita untuk mengenang dan menghargai jejak langkah nenek moyang kita di tanah Nusantara.
Baca juga: Benteng Fort Rotterdam, Saksi Bisu Kejayaan Kerajaan Gowa