Ada Sejak Zaman Belanda, Sensasi Gurih Nasi Jamblang Tak Terkalahkan

Koropak.co.id - Jika kalian sedang berkunjung atau melintas ke daerah Cirebon, cobalah untuk rehat atau istirahat sejenak untuk menikmati sega jamblang atau nasi jamblang, salah satu kuliner khas kota yang terkenal dengan julukan Kota Udang ini.

Bergaya masakan rumahan ditambah lagi dengan penyajian secara prasmanan, nasi jamblang menawarkan setidaknya 40 jenis lauk-pauk yang disajikan di atas meja. Kalian pun bisa dengan bebas mengambil sesuai selera. Kemudian yang menjadi ciri khas lainnya dari kuliner satu ini adalah nasinya yang dibungkus dengan daun jati.

Diketahui, penggunaan daun tersebut dipercaya dapat menghasilkan rasa gurih dan aroma sedap. Selain itu, daun jati juga dapat menahan nasi agar tidak mudah basi. Menariknya lagi, nasi jamblang sendir sama sekali tidak berkaitan dengan buah jamblang alias duwet (Syzygium cumini).

Dilansir dari berbagai sumber, Sega jamblang konon katanya berasal dari nama sebuah desa di sebelah barat Kabupaten Cirebon, yakni Desa Jamblang. Jamblang tersebut merupakan salah satu pemukiman Tionghoa kuno yang terbentuk karena aktivitas perdagangan.

Rusyanti dari Balai Arkeologi Bandung mengatakan, dengan ditemukannya bukti-bukti arkeologis berupa pecahan keramik, catatan angka tahun di tembok salah satu gudang tua di Jamblang dan keberadaan klenteng menandai eksistensi dari pemukim Tionghoa di daerah tersebut.

Rusyanti juga memperkirakan bahwa orang-orang Tionghoa di Jamblang itu berasal dari pemukiman Tionghoa di Lemahwungkuk di sekitar Pasar Kanoman yang dikenal sebagai Pecinan dan atau pemukim Tionghoa lain di sekitar wilayah pesisir pantai utara Jawa. Dengan melalui jalur sungai, mereka pun menuju pedalaman dan membentuk permukiman.

Baca : Obama, Indonesia dan Nasi Goreng

"Selain melalui sungai, pembuatan Groote postweg pada abad ke-18 juga turut mempermudah akses mereka ke daerah-daerah lain di Lemahwungkuk. Groote postweg atau Jalan Raya Pos yang membentang dari Anyer sampai Panarukan itu dibangun semasa Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels," tulisnya.

Sementara itu, terdapat riwayat lain tentang asal-usul nasi jamblang. Berdasarkan cerita tutur masyarakat, nasi jamblang merupakan makanan yang dikonsumsi pasukan Cirebon yang berperang melawan Belanda pada Perang Kedondong (1753-1773). Perang ini sendiri dipicu oleh adanya kebijakan pajak yang sangat tinggi. Sehingga, Rakyat Cirebon pun melakukan perlawanan dengan basis perjuangan yang berada di Jamblang.

Ada juga versi lain yang lebih populer dan mengaitkan nasi jamblang ini dengan pembangunan pabrik gula di Gempol dan Plumbon serta pabrik spiritus di Palimanan pada abad ke-19. Proyek itu diketahui sampai menyerap banyak pekerja dari Cirebon dan daerah sekitarnya. Namun sayangnya banyak sekali pekerja yang kesulitan dalam mencari warung makan untuk mengisi perut.

Sehingga, Pengusaha setempat bernama H. Abdulatif (Ki Antra) dan istrinya, Tan Piauw Lun (Mbah Pulung) pun kala itu mengulurkan tangan dengan membagikan secara gratis beberapa bungkus nasi dengan lauk-pauk secukupnya dan nasi itu juga dibungkus daun jati. Kebaikan hati pasangan ini pada akhirnya menyebar dari mulut ke mulut dan membuat banyak pekerja datang untuk makan dengan membayar ala kadarnya.

Kegiatan ini pun menjadi cikal bakal usaha warung nasi jamblang Nyonya Pulung. Selain itu, Nyonya Pulung akhirnya memutuskan untuk membuka usaha nasi jamblang di dekat rumahnya di Blok Cengkang Barat Jamblang. Usaha itu dikelola turun-temurun dan kini warung itu berganti nama menjadi Restoran Nasi Jamblang Tulen yang berlokasi di depan Pasar Jamblang.

Selain Nasi Jamblang Tulen, kini sudah banyak juga pilihan tempat untuk menyantap nasi jamblang. Sebut saja Nasi Jamblang Mang Dul yang sudah ada sejak 1970-an dan selalu penuh sesak oleh pelanggan. Kemudian juga Nasi Jamblang Ibu Nur yang juga sangat dikenal dan kerap ramai dikunjungi para pecinta kuliner.*

Lihat juga : Simak Berbagai Video Menarik Lainnya Disini