Akrobatik yang Mantap Ini Warisan Karuhun Garut

Koropak.co.id, 01 February 2022 13:15:22
Penulis : Muhamad Eris
Akrobatik yang Mantap Ini Warisan Karuhun Garut

 

Koropak.co.id - Meski sudah tidak asing lagi dan dikenal sebagai salah satu pertunjukan yang banyak dipertontonkan di Indonesia, pada kenyataannya akrobatik sendiri sudah terlebih dahulu ditemukan di berbagai budaya sejak ribuan tahun lalu. Sehingga keberadaan akrobatik itu pun tidak hanya identik dengan kebudayaan Indonesia.

Sementara itu, diantara sekian banyak jenis pertunjukan akrobatik tradisional ataupun modern yang berasal dari berbagai negara, ternyata Indonesia juga memiliki salah satu seni akrobatik tradisional yang sudah ada sejak zaman dahulu hingga saat ini, yakni Seni Lais.

Sama halnya seperti pertunjukan akrobatik pada umumnya yang mempertontonkan aksi mendebarkan dan terkesan membahayakan keselamatan, lais juga merupakan seni pertunjukan akrobatik tradisional yang tidak kalah menantang dan hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu yang biasanya dilatih dari generasi ke generasi.

Jika dilihat secara sekilas, pertunjukan seni tradisional ini mempertontonkan aksi seorang pemain lais (pelais) terlatih yang piawai dalam menyuguhkan aksi bergelantungan pada seutas tali tambang yang membentang dan dikaitkan pada dua buah bambu dari ketinggian sekitar 12 hingga 13 meter.

Dilansir dari berbagai sumber, berbicara mengenai asal usulnya, kesenian yang satu ini diyakini berasal dari wilayah Kampung Nangka Pait, Kecamatan Sukawening, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Berdasarkan penjelasan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Garut, lais merupakan bentuk pengembangan dari kegiatan sehari-hari yang dahulu kala dilakukan oleh seorang pria bernama Laisan.

Berawal sejak zaman kolonial Belanda, sosok yang sehari-harinya lebih banyak disapa Pak Lais ini sangat pandai dalam memanjat pohon kelapa dan memiliki cara berbeda dalam melakukannya dibandingkan dengan orang-orang biasa pada waktu itu.

Jika orang biasa itu pada umumnya memanjat sejumlah pohon kelapa dengan naik dan turun secara berulang kali, akan tetapi lain halnya dengan Pak Lais yang hanya memanjat satu pohon saat ingin memetik sejumlah buah kelapa.

Keunikan pun muncul pada saat dirinya ingin berpindah memetik kelapa di pohon lain, bukannya memanjat ulang, Pak Lais rupanya hanya perlu menggelantung ke pohon lain dengan memanfaatkan pelepah daun di masing-masing pohon kelapa. Oleh karena itulah, saat awal memanjat biasanya dia akan memilih pohon-pohon yang memiliki jarak berdekatan.

Siapa yang menyangka apabila kepiawaiannya tersebut ternyata membuat orang-orang di sekitar merasa tertarik dan terhibur setiap kali Pak Lais memanjat dan memetik kelapa. Sehingga mereka pun selalu menyaksikan saat dirinya bergelantungan dengan ahli dari satu pohon ke pohon kelapa lainnya.

Bukan hanya itu saja, semakin lama banyak orang-orang juga yang bersorak menyemangati aksi Pak Lais dengan diiringi nyanyian, tarian, dan tabuhan berbagai macam benda yang sengaja dibawa seperti potongan bambu, kaleng, bekas tempurung, dan lainnya.

 

 


Baca : Sekilas Sejarah Debus Banten

Berangkat dari hal itulah, kebiasaan tersebut mendorong sejumlah tokoh kesenian untuk meminta Pak Lais agar keterampilannya dapat dimanfaatkan sebagai pertunjukan yang bisa dinikmati sebagai hiburan.

Setelah dibuat berbagai penyesuaian, kemudian Pak Lais juga mengajarkan keahliannya kepada sejumlah pemuda secara turun temurun, pada akhirnya seni lais pun banyak dipertontonkan untuk menghibur berbagai acara perayaan seperti khitanan, pernikahan, syukuran, dan masih ada hingga saat ini.

Seni lais ini juga tidak hanya sebatas pertunjukan, karena dalam pelaksanaannya sendiri memiliki makna sebagai kesempatan untuk melatih diri dalam memunculkan kekuatan fisik dan kemampuan menyatu dengan alam.

Dalam pelaksanaannya, atraksi lais ini membutuhkan beberapa perlengkapan untuk bisa membuat seorang pelais mempertontonkan aksinya bergelantungan di udara. Diketahui perlengkapan utama yang paling dibutuhkan tidak lain adalah dua buah batang bambu yang memiliki ukuran panjang sekitar 12 hingga 13 meter.

Kemudian kedua bambu tersebut ditanamkan pada tanah dengan jarak enam meter setelah terlebih dahulu dihubungkan dengan seutas tali tambang yang digunakan untuk menggantikan fungsi pelepah pada pohon kelapa pada bagian ujung puncaknya.

Sementara itu, dalam versi modifikasi untuk kesenian, biasanya pertunjukkan lais akan melibatkan tujuh hingga sembilan orang pemain yang memiliki peran masing-masing.

Dari sekumpulan orang tersebut, satu di antaranya sudah pasti adalah seorang pelais yang akan melakukan atraksi di atas tali. Selanjutnya ada satu orang juga yang berperan sebagai pemain lawak dan bertugas untuk menghibur penonton sebelum pelais beraksi.

Selain itu, untuk empat orang lainnya akan berperan memegang sekaligus memainkan alat musik tradisional angklung dogdog yang akan mengiringi aksi pelais, ditambah dengan satu hingga dua orang pemegang terompet.

Ketika beraksi, pelais akan mengawali pertunjukannya dengan memanjat salah satu bambu. Saat sudah sampai di atas, maka pelais akan melakukan berbagai atraksi mulai dari berputar-putar, telungkup, melakukan gerakan jungkir balik, tiduran di atas tali, berpindah menggunakan sebelah tangan, dan berbagai gerakan lainnya yang ditutup dengan gerakan turun ke bawah dengan posisi kepala terlebih dahulu.

Semua gerakan dan pertunjukan tersebut biasanya akan berlangsung selama 45 menit dan dilakukan tanpa menggunakan alat keamanan profesional. Oleh karena itulah, tidak mengherankan jika tidak sembarangan orang yang dapat melakukan pertunjukan tradisional tersebut, melainkan hanya dapat dilakukan oleh orang-orang terlatih saja.*

 

Lihat juga : Simak Berbagai Video Menarik Lainnya Disini